Saya
kurang setuju dengan adanya full day
school, memang full day school
merupakan ide bagus. Namun itu perlu dikembangkan dan didalami secara lebih matang.
Ide full day school itu perlu
didukung dengan sarana dan prasarana penunjang. Tetapi kenyataannya di
Indonesia sarana prasarana pendidikan disetiap provinsi berbeda-beda. Oleh
karena itu ide full day school sebaiknya
diterapkan kepada sekolah yang sudah siap dari segi sarana dan prasarana dulu. Senada
dengan pendapat dari Kepala SMA Negeri 8 Berau yang berada di Kecamatan
Biduk-Biduk, Zul Bahraen juga mengkritisi mengenai adanya fuul day school, ia mengatakan meskipun Full Day School tujuannya baik, namun tidak bisa disamaratakan
dengan sekolah yang berada di wilayah jauh atau pelosok kota. Alasannya, jarak
tempuh siswa yang relatif jauh, sementara mayoritas siswa yang berada di
wilayah pinggiran juga masih membantu para orang tua dalam bertani atau pun
berkebun.
Disamping itu, fasilitas sekolah juga harus menjadi pertimbangan. Karena tidak semua gedung sekolah memiliki fasilitas lengkap, sehingga tidak memungkinkan untuk program tersebut akan dilakukan. “Guru juga punya anak dan keluarga yang harus diurus, dan diberi perhatian serta bimbingan di rumah. Jadi memang menurut saya belum bisa diterapkan,” bebernya.
Disamping itu, fasilitas sekolah juga harus menjadi pertimbangan. Karena tidak semua gedung sekolah memiliki fasilitas lengkap, sehingga tidak memungkinkan untuk program tersebut akan dilakukan. “Guru juga punya anak dan keluarga yang harus diurus, dan diberi perhatian serta bimbingan di rumah. Jadi memang menurut saya belum bisa diterapkan,” bebernya.
Menyekolahkan
anak di full day school juga beresiko. Resikonya adalah anak
kurang bergaul di lingkungan masyarakat. Intensitas bertemu dengan orangtua
juga sebentar karena seharian di sekolah sementara kalau malam kan waktunya
tidur. Padahal orangtua dan anak itu harus punya kedekatan emosional yang intim.
Kalau jarang ketemu, jarang ngobrol, bagaimana membangun kedekatan emosional?
Selain itu, pendidikan tidak mutlak di tangan sekolah. Pendidikan bisa berawal
dari rumah tangga atau keluarga. Lagipula, menurut saya ilmu dan pendidikan
tidak semuanya bisa didapat di sekolah. Tapi ilmu dan pendidikan juga bisa
didapat dari keluarga dan lingkungan sekitar.
Pendapat
saya sejalan dengan Kak Seto Mulyadi yang akrab di panggil Kak Seto sebagai
Psikolog anak dan juga anggota Komisi Nasional Perlindungan Anak, ia berargumen
bahawa “Jangan terburu-buru tapi
akhirnya enggak matang. Harus dilihat pula kesiapan sekolah untuk memberlakukan
sekolah hingga pukul 5 sore. Sekolah hingga pukul 1 siang saja banyak anak yang
stres apalagi akan ada PR dan sebagainya,” ujar Kak Seto saat berbincang dengan
detikcom, Senin (8/8/2016). Kak Seto mengatakan seharusnya pemerintah
memperhatikan bahwa dalam memberikan pendidikan bagi anak, tak melulu dengan
pendidikan formal di sekolah. Pendidikan non-formal yang mengharuskan anak
dekat dengan keluarga dan masyarakat di sekitarnya juga perlu diperhatikan. “Mereka
juga butuh untuk dekat dengan keluarga. Kan tidak semua orang tua bekerja,
banyak anak yang stres karena tidak dibimbing keluarga. Jadi ini menjadi bahan
pertimbangan, karena ini full day school
nanti akan menimbulkan protes dari masyarakat,” jelasnya.
Sementara
itu, Hairil, Guru SD Negeri 001 Talisayan, juga mengungkapkan hal senada.
Menurutnya, dengan adanya full day school
tersebut secara tidak langsung merampas hak bermain anak. Sebab, dengan
seharian berada di sekolah akan membuat psikologis anak merasa lelah, sehingga
membuat anak menjadi cepat bosan. Menurutnya, waktu belajar anak biasanya
maksimal 5 sampai 6 jam saja, jika menjadi sehari sudah tentu hal itu sangat
memberatkan.
Menurut
teori perkembangan Psikososial Erik H. Erickson yang menjelaskan pada tahap
perkembangan ke enam yaitu Keintiman vs Keterkucilan. Siswa yang bersekolah di full day school, kurang dapat
bersosialisasi terhadap lingkungan masyarakat. Hal ini disebabkan siswa full day school lebih banyak
menghabiskan waktunya di sekolah dari pada di rumah. Pada individu yang mampu
melewati tahap ini , individu itu dapat membentuk relasi yang akrab dengan
orang lain. Akibatnya murid – murid full
day school kurang tanggap terhadap lingkungan. Setelah pulang dan sampai di
rumah, jarang keluar rumah. Jika keluarpun, jauh dari lingkungan rumah. Ada
kemungkinan secara psikologis anak cenderung tertutup dan jauh dari orang tua.
Kondisi tersebut dapat diakibatkan oleh orang tua yang lelah bekerja, sehingga
enggan untuk berinteraksi secara pribadi dengan anaknya. Pulang bekerja, orang
tua lelah kemudian istirahat. Anak yang mungkin ingin menceritakan sesuatu
kepada orang tuanya mengenai apa yang ia pikir, tidak mendapatkan wadahnya. Oleh
sebab itu, siswa harus tahu tentang pentingnya peran lingkungan di sekitar
siswa tersebut dalam kehidupan sosial budayanya. Agar siswa-siswi tidak hanya
mahir di bidang IPTEK tetapi juga mampu bersosialisasi dengan lingkungannya.
Di
sekolah rata-rata seorang anak mendapatkan ilmu akademik, tapi di rumah dan di
lingkungan, anak bisa belajar ilmu kehidupan seperti contoh kecilnya adalah
kebersamaan dan attitude. Kebersamaan dan bergotong-royong,
biasanya di dapat di lingkungan masyarakat. Saling bantu membantu. Ilmu attitude yang
biasanya sudah diajarkan di rumah, seperti contoh kecil mengucap terima kasih,
berbahasa halus dengan orang yang lebih tua, menghargai orang lain dan lain
sebagainya. Menurut saya, ilmu kehidupan, kebersamaan dan attitude itu
sangat penting. Di sekolah kebanyakan hanya mempelajari secara teori, nah di
rumah kita bisa menerapkannya, agar seimbang antara akademik dan attitudenya.
Oleh sebab itu, saya kurang setuju
dengan full day school. Meskipun di sekolah itu kegiatannya positif,
tapi sudah pasti kegiatannya adalah belajar belajar dan belajar. Sementara anak
juga butuh waktu untuk bermain dan mengenal alam sekitar. Belajar itu tidak
hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dan di masyarakat. Aktivitas positif
juga bukan hanya belajar belajar dan belajar, tetapi bermain dengan teman
sebaya dan mengenal lingkungan juga merupakan contoh aktivitas positif.
Saya sependapat dengan Mbak Linda, bahwa FDS tak selalu membawa kebaikan pada perkembangan psikologi anak. Masa anak-anak sekolah dasar adalah masa bermain sembari belajar. Anak-anak butuh lebih banyak waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan alam, bermain bersama teman dari latarbelakang yang berbeda.
BalasHapusTulisanmu kece Mbak.
Trimakasih pak, berkat bimbingan dan motivasi dari bapaklah saya bisa menyelesaikan tulisan saya... tak lupa disertai tuntutan harus sekian kata yang jadi pemicu semangatš
BalasHapus