Broken Home biasa diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan
tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai dan sejahtera karena sering
terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir
dengan perceraian. Beberapa kasus diantaranya mungkin
disebabkan perbedaan prinsip hidup, dan diantara lainnya bisa disebabkan oleh
masalah-masalah pengaturan keluarga. Broken
home sebenarnya merupakan realitas yang cukup berimplikasi negatif bagi
perkembangan kepribadian anak, meskipun kita mengakui peranan lingkungan dalam
perkembangan individu. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang anak. Hal
inilah yang mengakibatkan seorang anak jadi tidak ingin beprestasi. Hal ini
juga merusak jiwa anak secara perlahan-lahan dan membuat mereka menjadi susah
untuk diatur, tidak disiplin dan brutal. Mereka juga bisa dibilang menjadi
pemicu dari suatu kerusuhan karena mereka ingin mencari simpati dari
teman-temannya bahkan dari para guru. Untuk menyikapi hal ini perlu diberikan
perhatian dan pengerahan yang khusus agar mereka mau sadar dan mau berprestasi.
Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju kedewasaan . Pada masa inilah remaja akan mulai melakukan banyak hal-hal
yang negatif pada umumnya. Mereka akan mulai lebih mendengarkan teman-temannya
daripada orang tua atau keluarga.
Dampak keluarga broken home terhadap perkembangan sosial
remaja adalah perceraian orang tua
menyebabkan ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan dan kedudukannya, dia
merasa rendah diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul dengan teman- teman. Anak yang dibesarkan
dikeluarga yang bermasalah, cenderung sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut. Mereka
merasa minder atau malu karena latar belakang keluarganya yang tidak harmonis
seperti teman-temannya yang keluarganya dari keluarga yang utuh dan harmonis.
Mereka lebih memilih untuk menutup dirinya dari teman dan pergaulan hanya agar
tidak banyak temannya yang tau tentang permasalahan di keluarganya. Tapi ada
juga kebalikan dari hal itu bisa jadi anak berperilaku terlalu aktif, agresif
dan genit dengan tujuan berpura-pura menutupi masalah yang mereka alami dan
mendapatkan perhatian dari orang lain yang tidak dia dapatkan lagi dari orang
tua mereka.
Semua peristiwa yang
kita alami, sebaiknya kita lihat dari sisi positifnya saja. Karena di balik
semua masalah pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Jadikan itu semua sebagai
proses pembelajaran bagi kita sebagai remaja menuju tahap kedewasaan. Jauhkan
segala pikiran buruk yang bisa menjerumuskan kita ke jurang kehancuran, seperti
memakai narkoba, minum-minuman keras, malah sampai mencoba untuk bunuh diri. Tidak terjebak
dengan situasi dan menghakimi orangtua atau diri sendiri atas apa yang terjadi
serta marah dengan keadaan ini. Alangkah baiknya apabila kita bisa memulai
untuk menerima itu semua dan mencoba menjadi lebih baik. Keterpurukan bukanlah
jalan keluar. Tetap berusaha itu kuncinya. Tidak ada salahnya kita mencoba
sesuatu yang baru, asal bersifat positif dan dapat membentuk karakter positif
di dalam diri kita. Contohnya, menulis suatu karya seperti puisi, cerpen, novel
dll.
Saya senang sekali akhirnya bisa membaca tulisan-tulisan Mbak Linda, setelah sebelumnya selalu gagak mengakses alamat blog Mbak Linda. Saya juga baru tahu, kalo tulisan Mbak Linda itu keren, seperti yang terlihat dalam tulisan diatas. Mbak Linda sanggup menjelaskan "broken home" dengan sangat baik. Tentu saja tulisan ini membantah semua anggapan bahwa anak-anak yang mengalami broken home pasti akan mengalami banyak permasalahan dalam kehidupannya tak terkecuali dalam pendidikan.
BalasHapusTerima kasih Mbak.